Translate

Selasa, April 21, 2009

PULAU RUSA Salah Satu Pulau Kecil Terluar di NAD)



PULAU RUSA (Salah Satu Pulau Kecil Terluar di NAD)
Oleh: Tonny F. Kurniawan

Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Pulau Rusa
a. Letak Geografis
Secara geografis pulau ini memiliki koordinat pada 05 16’34” U dan 95 12’07”T. Pulau Rusa mempunyai titik dasar pada TD.175 TR.175 dan terletak di Samudera Hindia. Secara administratif pulau ini terletak di Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Nangroe Aceh Darusalam.

b. Topografi
Pulau Rusa memiliki topografi berbukit (Kount), dengan ketinggian sedang hingga sekitar 32 m di atas permukaan laut (elevasi ketinggian 0- 32 m di atas permukaan laut). Sebagian wilayah pulau ini merupakan perbukitan denudasional terkikis ringan hingga ke arah tengah pulau (lahan terbuka). Namun demikian, di tengah pulau dan sisi lainnya banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon ukuran sedang. ditengah pulau Beberapa bagian pantai terlihat terjal sehingga agak sulit didarati dari arah laut.

c. Litologi
Seperti halnya Pulau Raya, Pulau Rusa juga tersusun dari endapan aluvium. Endapan aluvium ini merupakan hasil pengikisan dari erosi dan abrasi dari batu gamping formasi wapulaka (batuan yang lebih tua). Sedangkan sebagian besar dataran pesisir dan beberapa lahan terbuka umumnya mempunyai struktur yang bercampur dengan pasir, karang, dan banyak batu-batu besar.

d. Klimatologi
Pulau Rusa juga termasuk pulau dengan iklim tropis. Musim hujan terjadi antara bulan Juli sampai dengan Desember setiap tahunnnya dengan curah hujan rata-rata mencapai 2.235,2 mm/tahun. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Juni setiap tahunnya. Suhu udara di sekitar Pulau Rusa berkisar 20,5 – 29,8 °C.

e. Kondisi Perairan

Kondisi perairan Pulau Rusa juga termasuk agak sedikit keruh dengan ombak yang sedang. Hal ini karena letak Pulau Rusa yang berdekatan dengan dataran Pulau Sumatera yang banyak aktivitas pesisirnya. Arus di daerah perairan pulau ini berasal dari Samudera Hindia bergerak menuju timur dan sebagian dibelokkan ke selatan dengan kecepatan sekitar 0,42 m/detik.
Kualitas perairan Pulau Rusa yaitu sebagai berikut :
· Warna < 5,1 unit
· Temperatur 26,6 oC
· pH 6,9
· Turbidity berkisar 0,10 – 1,01 NTU
· Total suspended solid (TSS) berkisar 13,410 – 13,960 mg/l

Potensi Sumberdaya Alam Pulau Rusa
a. Potensi Perikanan
Sumberdaya ikan pelagis yang banyak terdapat di perairan Pulau Rusa adalah teri, kembung, dan layang. Sedangkan untuk ikan demersal di antaranya cakalang, kerapu, tuna, udang sabu, lobster, dan teripang. Alat-alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan di sekitar Pulau Rusa adalah jaring hanyut dan pancing. Beberapa nelayan ada juga yang melakukan penyelaman untuk menangkap teripang.

b. Biota Laut yang Potensial
Adapun biota laut potensial yang terdapat di sekitar perairan Pulau Rusa adalah :
Udang Lobster dijual dengan harga 100-200 ribu/ kg. Jumlahnya bisa mencapai 1 Ton / Minggu
Teripang dijual sekitar 400 ribu/ kg (kering), 100 ribu/ kg (basah). Jumlahnya bisa mencapai 500 kg / minggu.
Sedangkan rantai pemasarannya adalah Desa (nelayan) -Banda Aceh-Jakarta-Hongkong.

c. Kondisi Terumbu Karang
Secara umum, kondisi terumbu karang yang terdapat di perairan Pulau Rusa mempunyai kenampakan yang relatif sama pada beberapa titik sampel dengan lebar berkisar 80 – 540 m. Terumbu karang yang terdapat di peraiaran Pulau Rusa ini juga termasuk ke dalam tipe terumbu karang tepi (Fringing Reef) yang berkembang sepanjang pantai dengan kemiringan landai.

Penutupan karang yang terjadi perairan Pulau Rusa diperkirakan mencapai 56,48 % dengan kondisi terumbu karang yang masih alami. Kerusakan karang di wilayah ini tidak banyak terjadi yang diduga oleh aktivitas penangkapan yang masih ramah lingkungan dan pengambilan karang untuk kepentingan komersial tidak ada.

d. Ekosistem Mangrove dan Vegetasi Pantai Lainnya
Ekosistem mangrove yang dapat ditemukan di Pulau Rusa mempunyai ketinggian antara 0,5 - 3,0 meter dengan tingkat kerapatan yang rendah. Kondisi ekosistem mangrove ke arah daratan tidak berkembang dengan baik karena beberapa bagian pantai yang terjal menyulitkan perkembangan mangrove dan pada bagian yang landai dimanfaaatkan untuk perkebunan kelapa. Jumlah pohon kelapa tidak begitu banyak dan penguasahaannya lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi dan Infrastruktur Pulau Rusa
a. Sejarah Nama Pulau
Pulau ini di beri nama Pulau Rusa, karena memang dari kejauhan berbentuk seperti Rusa. Namun akibat tsunami Desember 2004 yang lalu, bentuk seperti binatang rusa tidak begitu kelihatan jelas. Bentuk Rusa tersebut hilang akibat pengikisan dan hempasan gelombang besar ini.

b. Sosial Budaya
Pulau Rusa terletak di wilayah Aceh Barat, pulau ini tidak dihuni penduduk. Selain susahnya sumber air tawar, sarana sumber daya dan lahan yang ada cukup terbatas. Ada tiga desa yang letaknya berdekatan dengan pulau Rusa, yaitu desa Saney, desa Utamong dan desa Kareun. Sebelum tsunami, Pulau Rusa ini kadang-kadang dijadikan tempat singgah para nelayan, atau tempat orang memetik pohon kelapa, tetapi setelah adanya bencana tsunami jarang sekali orang singgah ke pulau, karena pohon kelapa juga jumlahnya semakin sedikit. Dalam sebulan diperkirakan hanya disinggahi oleh 5-10 orang saja. Hewan yang masih tinggal didalam pulau adalah babi, ular dan hewan melata lainnya.

c. Penduduk dan Mata Pencaharian
Salah satu desa yang penting yang berperan dalam pemanfaatan Pulau Rusa adalah penduduk desa Saney. Desa Saney mempunyai penduduk ± 365 jiwa (sebelum tsunami). Pada saat tsunami, penduduk desa ini meninggal ± 290 jiwa. Sedangkan sisanya sekitar 84 jiwa selamat dan melanjutkan kehidupannya kembali di desa saney dengan fasilitas-fasilitas baru semua (bantuan rumah, perahu dan kembali mencari ikan di laut).

Mata pencaharian umumnya nelayan, bertani dan beternak (sambilan), seperti ternak ayam, lembu, kambing dan kerbau. Kegiatan melaut sebagai nelayan umumnya dilakukan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan biasanya digunakan untuk bertani. Hasil laut sebagian dijual di desa, sebagian di jual ke Banda Aceh. Pendapatan nelayan jika hasil tangkapan normal rata-rata per minggu (3-5 kali melaut) adalah sebesar 2,5 juta rupiah /orang.

d. Infrastruktur Umum dan Penunjangnya
Infrastruktur seperti mesjid, sekolah, kantor desa, TPI dan rumah penduduk mengalami kerusakan akibat tsunami, jarak 500-800 m dari laut tinggallah puing-puing sisa bangunan yang tersisa.

Yang menjadi kendala dalam pemanfaatan infrastruktur yang ada para nelayan adalah terbatasnya jumlah minyak untuk pergi melaut, sehingga terkadang hasil tangkap terkadang di jual di lokasi terdekat (tidak di TPI). Volume minyak yang mereka butuhkan adalah 1 drum (± 220 liter) untuk 2 hari melaut. Harga yang berlaku sekarang berkisar antara 3000-3500/ liter.

Bantuan dari NGO (Non Government Organization) yaitu badan yang bertanggung jawab dalam rekonstruksi Aceh adalah pembangunan TPI (dalam proses pembangunan, cukup sederhana), Kantor Koprasi, jalan, tambak, perahu, mobil L 300 Pick Up (untuk mengangkut pemasaran hasil laut, sudah dioperasikan).

_____________________________________

Pulau Salaut Besar (Salah Satu Pulau Kecil Terluar di NAD)

Pulau Salaut Besar (Salah Satu Pulau Kecil Terluar di NAD)
Oleh: Tonny F. Kurniawan

Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Pulau Salaut Besar
a. Letak Geografis
Pulau Salaut Besar berada pada koordinat 02o 55’926” LU dan 95o 48” BT, mempunyai luas sekitar 217,64 Ha. Pulau yang tidak berpenghuni ini mempunyai potensi terutama pohon kelapa, sekitar 96%. Secara administratif pulau ini terletak di Kabupaten Semeulue, Propinsi Nangroe Aceh Darusalam yang berbatasan dengan negara tetangga yaitu India. Pulau Salaut Besar terletak di pantai Barat Sumatera, merupakan salah satu dari 43 pulau-pulau kecil di Kabupaten Simeuleu Propinsi NAD.


b. Topografi
Elevasi ketinggian Pulau Salaut Besar sangat rendah yaitu antara 0 – 3 m di atas permukaan laut (dpl). Pulau Salaut Besar pada dasarnya merupakan pulau karang terlihat dari keliling pulau umumnya terdapat batuan karang, yang merupakan satu gugusan dengan pulau selaut kecil yang berada sebelah timur, pada sisi timur pulau tampak pantai pasir putih yang cukup panjang membentang lurus.


Topografi pantai Pulau Salaut Besar mempuyai kedalaman bervariasi antara 2 sampai 18 meter dengan ketinggian gelombang berkisar antara 0,5 - 3 meter. Dasar perairan pantai tidak begitu dasar, beberapa bagian membentuk tumpukan/bukit karang kecil.

c. Litologi
Pulau Salaut Besar merupakan pulau yang tersusun atas batuan alluvial, podsolik merah kuning, podsolik merah coklat, dan batu kapur/karang. Batuan-batuan tersebut membentuk tanah kapur yang cocok untuk pertumbuhan kelapa. Lapisan terluar tanah umumnya berwarna coklat dan pada kedalaman 1 – 1,5 m, lapisan kapur terlihat jelas dengan warna yang kuning keputihan.

d. Klimatologi
Seperti umumnya pulau-pulau di Indonesia, pulau Salaut Besar mempunyai iklim yang tropis. Kondisi temperatur harian di sekitar Pulau Salaut Besar berkisar antara 21,2 - 30,43 °C. Sedangkan kecepatan angin mencapai 13,3 knot dengan arah angin terbanyak menuju arah barat. Curah hujan cukup tinggi, yaitu mencapai 2.786 mm/tahun.

Keadaan curah ini ditentukan oleh fluktuasi musim hujan dan kemarau, dimana musim barat/hujan berlangsung sejak bulan Juli sampai dengan Desember dan musim timur/kemarau berlangsung antara bulan Januari sampai dengan Juni setiap tahunnya. Suhu udara maksimum di Pulau Salaut Besar berkisar 26 – 35 oC dan suhu udara minimum berkisar 17,7 – 25,4 oC. Kelembaban nisbi berkisar 70 - 78 % sepanjang tahun.

e. Kondisi Perairan
Kondisi perairan Pulau Salaut Besar cukup jernih dengan ombak cukup besar. Arus di daerah perairan pulau ini berasal dari Samudera Hindia. Tinggi gelombang rata-rata di daerah ini adalah 60,45 cm dengan periode 4,25 detik, sedangkan dalam kondisi cuaca buruk tinggi gelombang maksimum mencapai 435 cm. Temperatur/suhu air berkisar 26 – 29 oC, pH 7,4, dan turbidity 0,29 NTU.

Potensi Sumberdaya Alam Pulau Salaut Besar
a. Potensi Perikanan
Pulau Salaut Besar merupakan Fishing Ground sebagian besar nelayan-nelayan di wilayah Aceh dan Sumatera bagian barat. Hal ini dikarenakan besarnya potensi sumberdaya perikanan laut dengan keanekaragaman yang tinggi terutama jenis-jenis ekonomis penting yang berorientasi ekspor seperti ikan kakap merah, kerapu, tuna dan cakalang. Pulau Salaut Besar juga mempunyai potensi yang besar, terutama pengembangan kegiatan-kegiatan yang menyangkut dengan perikanan tangkap berbasis samudera.

Di Pulau Salaut Besar ini tidak terdapat kegiatan budidaya laut maupun tambak. Hal ini karena penduduk yang mengelola pulau lebih memperioritas kegiatannnya pada perkebunan kelapa. Di samping itu, juga karena area untuk tambak yang tidak tersedia.

Disamping merupakan Fishing Ground, Pulau Salaut Besar terkenal dengan kekayaan flora dan fauna, terutama sebagai tempat bertelur (Nesting Area) dari berbagai jenis penyu. Sebagian kawasan Pulau Salaut Besar berpasir putih dan mempunyai ombak panjang serta tinggi terus-menerus datang tanpa henti sepanjang tahun, seperti di sekitar Pulau Salaut Kecil. Di sana juga ada beberapa orang penjaga pulau yang berasal dari Desa Lewak, kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue.

b. Vegetasi
Pulau Salaut Besar juga dikenal dengan istilah pulau kelapa karena vegetasi pohon kelapanya yang menutupi 96 % luasan pulau. Bagian tengah pulau didominasi dengan vegetasi tegakan yakni pohon kelapa yang cukup rapat, namun sebagian kecil ada lahan yang terbuka diduga adalah bekas aktivitas orang yang mengolah hasil kebun kelapa. Saat ini luas perkebunan kelapa di Pulau Salaut besar diperkirakan mencapai 13 hektar dan pada saat tsunami banyak mengalami kerusakan.

Berdasarkan informasi Koran Tempo (Agustus, 2005), pada tahun 2004 produksi kelapa Pulau Salaut Besar mencapai 30,35 ton. Jumlah produksi dari tahun 1995 yang mencapai 45 ton dan tahun 1970 yang mencapai 120 ton. Namun demikian, potensi kelapa yang cukup besar ini tentu memberi prospek bagi pengembangan industri kecil dan menengah pembuatan minyak kepala atau produk antara, dan lain-lain.

b. Kondisi Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di seluruh perairan Salaut Besar mempunyai kenampakan yang cukup beragam. Berdasarkan bentuknya, terumbu karang yang terdapat di Pulau Salaut Besar sebagai besar tergolong tipe terumbu karang tepi (Fringing Reef). Berdasarkan persentase penutupannya, kondisi terumbu karang di sekitar Pulau Salaut besar secara umum tergolong cukup baik. Penutupan karang hidup pulau ini mencapai 45,45 %.

Namun demikian, beberapa bagaian dari terumbu karang sudah ada yang rusak atau mati. Hal terjadi karena adanya aktivitas penangkapan ikan karang yang menggunakan bahan peledak. Terumbu karang yang berhasil pulih pada lokasi ini umumnya kerdil dengan ekossitem terumbu karang tidak lengkap.

c. Ekosistem Mangrove dan Lamun
Ekosistem mangrove hampir tidak ditemukan di pesisir Pulau Salaut Besar. Hal ini karena permukaan pulau sebagian besar telah ditanami pohon kelapa.

Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi dan Infrastruktur Pulau Salaut Besar
a. Sejarah Pulau
Pulau Salaut Besar merupakan pulau yang secara turun-temurun menjadi penghasil kelapa. Pada jaman Belanda, pulau Salaut Besar ini menjadi penyuplai penting bagi kebutuhan industri yang dikembangkan oleh Belanda dan kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitarnya. Di samping itu, pulau Salaut Besar ini biasanya dijadikan tempat persinggahan oleh para nelayan/pelaut sebelum melakukan pendaratan di pesisir Pulau Simeulue dan Pulau Sumatera. Karena ukurannya yang lebih besar dari pulau sebelah, maka Pulau ini dinamai Pulau Salaut Besar.

b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk yang bertinteraksi dengan Pulau Salaut Besar umumnya sebagai nelayan, petani, dan nelayan merangkap petani perkebunan kelapa. Mata pencaharian sebagai nelayan merangkap petani termasuk yang dominan dan sangat penting bagi pengembangan pulau. Hal ini karena nelayan yang merangkap petani yang secara rutin berinteraksi dan menggarap perkebunan kelapa, yang mungkin disebabkan oleh sarana transportasi (kapal) yang rata-rata dimiliki oleh nelayan merangkap petani. Sedangkan yang murni sebagai petani biasanya hanya menumpang atau menyewa perahu.

Hasil tangkap maupun hasil perkebunan kelapa selama ini biasanya dijual ke pasar ibukota kabupaten atau pasar-pasar lokal terdekat di dataran Pulau Simeulue dan Pulau Sumatera bagian utara tersebut. Dari segi pemenuhan kebutuhan hidup, sebagian masyarakat yang berinteraksi dengan Pulau Salaut Besar ini merasa cukup dan mudah dalam mencukupi keperluan sehari-hari.

c. Infrastruktur Umum dan Peluang Investasi
Infrastruktur umum tidak tersedia di Pulau Salaut Besar. Hal ini karena pulau tersebut tidak dihuni penduduk. Kegiatan investasi yang dapat dikembangkan di Pulau Salaut Besar adalah kegiatan industri kecil menengah dan pariwisata. Industri kecil menengah yang dimaksud adalah industri pengolahan kelapa menjadi kopra atau produk antaranya. Sedangkan pariwisata yang bisa dikembangkan adalah wisata pantai yang didukung oleh pasir pantai yang putih dan bersih, serta sunset yang indah.

______________________________

PULAU BENGGALA (Salah Satu Pulau Kecil Terluar di NAD)


PULAU BENGGALA (Salah Satu Pulau Kecil Terluar di NAD)
Oleh: Tonny F. Kurniawan



Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Pulau Benggala
a. Letak Geografis
Secara geografis pulau ini memiliki koordinat pada 05 47’34” U dan 94 58’21”T. Pulau Benggala mempunyai titik dasar pada TD.176A TR.176A dan terletak di Samudera Hindia. Secara administratif pulau ini terletak di Kabupaten Sabang, Propinsi Nangroe Aceh Darusalam yang berbatasan dengan negara tetangga yaitu India. Pulau Benggala pada dasarnya merupakan pulau batu, yang terdiri dari 2 bagian batuan vulkan yang tampak dari citra cukup jelas


b. Kondisi perairan
Kondisi perairan Pulau Benggala juga termasuk jernih dengan ombak yang sedang. Hal ini karena angin yang bertiup kencang dari barat tidak ada penghalang hingga ke Pulau Benggala. Arus di daerah perairan pulau ini berasal dari Samudera Hindia bergerak menuju timur tanpa pembelokan yang berarti. Kecepatan arus sekitar 0,62 m/detik.

Potensi Sumberdaya Alam Pulau Benggala
a. Sumberdaya Perikanan
Perairan Pulau Benggala memiliki kekayaan hayati yang melimpah, antara lain terumbu karang dan berbagai jenis ikan seperti ikan hias, tuna, tenggiri, cakalang, kembung, kerapu, kakap, dan teri. Seperti halnya perairan Pulau Rondo, perairan pulau ini juga terkadang dijumpai ikan hiu, sehingga cukup mengkhawatirkan bagi nelayan. Namun demikian, hal ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu, dan beberapa tahun terakhir tidak pernah muncul lagi. Alat tangkap yang banyak dioperasikan oleh nelayan dalam penangkapan adalah pukat, jaring insang, dan long line.

b. Terumbu Karang, Biota Penghuni dan Vegetasi Pantai
Pulau Benggala pada dasarnya merupakan pulau batu, yang terdiri dari 2 bagian batuan vulkan yang tampak dari citra cukup jelas. Pulau Benggala memiliki berbagai jenis terumbu karang dengan persentase penutupan sekitar 43,4 %. Jenis karang yang dominan berupa karang keras (Hard Coral) 75,2 %, jenis lainnya yaitu karang mati (Dead Coral) 10,8%, dan karang lunak (Soft Coral) 14 %.
Karang yang ditemukan di dasar Pulau Benggala memiliki ukuran koloni karang relatif besar dengan diameter rata-rata mencapai 198,2 cm, terutama dari jenis koloni karang yang bentuknya cenderung melebar. Kondisi terumbu karang di dasar perairan Pulau Benggala masih termasuk alami dan dalam kondisi baik. Hal ini terjadi karena kurangnya interaksi manusia dengan ekosistem terumbu karang baik melalui kegiatan penangkapan, penambangan maupun lainnya. Biota yang banyak hidup di sekitar terumbu karang di dasar perairan Pulau Benggala ini adalah ikan kecil sejenis teri, bulu babi, teripang, siput dan kerang. Oleh karena Pulau benggala banya berupa batuan cadas besar, maka tidak ditumbuhi oleh tumbuhan apapun kecuali lumut-lumut yang menempel.

Kondisi Sosial dan Aksesabilitas ke Pulau Benggala
Pulau Benggala merupakan salah satu pulau atol disamping Batei Lhe Blah. Pulau ini sejak lama tidak berpenghuni karena memang tidak bisa dihuni dan terbentuk dari batu cadas di tengah selat Benggala.

Pulau Benggala diperkirakan terbentuk sejak 2 atau 3 juta tahun yang lalu karena pengangkatan atol. Sisi luar Pulau Benggala umumnya merupakan tebing yang tinggi dan curam yang langsung masuk ke laut. Perairan laut Pulau Benggala menyajikan keindahan alam, merupakan daerah berarus kencang, dimana sangat berpotensi sebagai Fishing Ground area, karena akibat terbentuknya Front atau Up-welling.
Untuk mencapai Pulau Benggala diperlukan perjalanan yang culup jauh dari Kota Banda Aceh sekitar ± 3 jam perjalanan dengan kapal nelayan. Untuk menghindari ombak yang besar di laut lepas, maka kapal yang digunakan sebaiknya yang berukuran sedang ke atas (10 GT).
___________________________________

Senin, April 13, 2009

PULAU SIMEULUE CUT (Salah Satu Pulau-Pulau Kecil Terluar di NAD)

PULAU SIMEULUE CUT (Salah Satu Pulau-Pulau Kecil Terluar di NAD)
Tonny F. Kurniawan


Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Simeulue Cut
a. Letak Geografis
Secara geografis pulau ini memiliki koordinat pada 2o 31’ Lintang Utara (LU) – 95o 56’ Bujur Timur (BT). Pulau Simeulue Cut mempunyai titik dasar pada TD.170 TR.170 dan terletak di Samudra Hindia. Pulau Simeulue Cut memiliki luas wilayah sebesar 714 km2. Secara administratif pulau ini terletak di wilayah Desa Kampung Air, Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nangroe Aceh Darusalam .

c. Topografi
Elevasi ketinggian Pulau Simeulue Cut antara 0 – 3 m di atas permukaan laut (dpl). Perbedaan ketinggian antara beberapa lokasi di Simeulue Cut hampir seragam dengan variasi dataran rendah dan sedang yang ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi pulau. Perairan pantai Pulau Simeulue Cut mempuyai kedalaman yang cukup dangkal antara 1,5 sampai 12 m dengan dasar pantai yang cukup rata. Dasar pantai yang demikian menyebabkan pola arus di Pulau Simeulue Cut yang cukup tenang dan merupakan paduan antara arus tetap yang mengalir di samudera Hindia dan arus pasang surut

c. Litologi
Pulau Simeulue Cut bukan merupakan pulau-pulau vulkanik yang tersusun dari hasil letusan gunung berapi, tetapi merupakan pulau yang tersusun atas batuan alluvial, podsolik merah coklat, dan batu kapur. Batuan-batuan tersebut membentuk tanah dengan keasaman tinggi. Pada daerah pantai, tanahnya kebanyakan mengandung pasir serta berkarang. Pulau simeulucut adalah pulau karang, tampak dari citra, gugusan pulau yang mengelilingi adalah batuan karang. Sebagian tepi sebelah Timur ada cekungan yang cukup tampak indah untuk rekreasi/wisata laut karena pasir putihnya yang terhampar.

d. Klimatologi
Pulau Simeulue Cut mempunyai iklim basah dengan curah hujan rata-rata 2.828 mm/tahun. Pada setiap hari hujan turun terlebih dahulu diawali dan diselingi dengan panas dan terik matahari. Keadaan curah ini ditentukan oleh penyebaran musim, dimana musim barat berlangsung sejak bulan Juli sampai dengan Desember. Hal ini biasanya terjadi ditandai oleh hujan dengan badai dan gelombang besar yang berasal dari lautan Indonesia dan Samudera Hindia.

Sedangkan musim timur berlangsung sejak bulan Januari sampai dengan Juni yang ditandai oleh terjadinya musim kemarau yang diselingi oleh hujan yang tidak merata dan keadaan laut sedikit tenang. Pada musim ini, suhu udara maksimum di Pulau Simeulue Cut berkisar 25 – 33 oC dan suhu udara minimum berkisar 18 – 24 oC. Kelembaban nisbi berkisar 65 – 75 % sepanjang tahun.

e. Kondisi perairan
Pulau Simeulue Cut mempunyai perairan yang jernih dan tenang. Seperti halnya Pulau Raya, arus perairan Pulau Simeulue Cut juga berasal dari Samudera Hindia bergerak menuju timur dan sebagian besar dibelokkan ke selatan karena pulau menghadap ke barat daya. Kecepatan arus cukup rendah sekitar 0,31 m/detik dengan tinggi gelombang rata-rata di daerah ini adalah 30,12 cm pada periode 4,84 detik, TSS 13,12 mg/l, dan turbidity 0,26 NTU.

Potensi Sumberdaya Alam Pulau Simeulue Cut
a. Potensi Perikanan
Jenis ikan yang banyak terdapat di perairan Pulau Simeulue Cut adalah ikan tongkol, kembung, gabus, kerapu lumpur, kerapu balong, dan kakap merah.. Nelayan yang sering menangkap ikan di perairan Pulau Simeulue adalah penduduk Kampung Air, Desa Latakayah dan desa-desa sekitarnya.

Alat tangkap yang banyak digunakan adalah jaring insang hanyut dan jaring insang tetap, serta pancing. Alat tangkap ini umumnya dimiliki oleh penduduk/nelayan Kampung Air yang berdekatan dengan Pulau Simeulue Cut. Sedangkan perahu yang biasa digunakan terdiri dari perahu tanpa motor kecil, perahu tanpa motor besar, motor tempel dan tanpa perahu.

Sedangkan budidaya tidak dilakukan oleh masyarakat baik budidaya laut maupun budidaya tambak. Hal ini terbatas lahan yang ada ada di Pulau Simeulue Cut dan letaknya yang agak jauh dari lokasi pasar dan perkampungan penduduk.

a. Kondisi Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di seluruh perairan Pulau Simeulue Cut mempunyai kenampakan yang seragam dengan lebar rataan terumbu karang berkisar antara 150 - 300 meter. Terumbu karang ini berkembang sepanjang pantai yang, namun di bagian timur Pulau agak terganggu karena berdekatan dengan Pulau Simeulue yang anyak aktivitas pemanfaatan di pantainya. Persentase penutupan karang batu secara umum termasuk baik yang berkisar antara 10,2–52,4 %. Kerusakan karang di wilayah ini kebanyakan terjadi secara mekanik yang diakibatkan pengeboman karang untuk keperluan penangkapan ikan karang (kerapu, kakap, dll).

c. Potensi Vegetasi Pantai (Kelapa)
Pulau yang tidak berpenghuni ini mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar, sekitar 95% hasil bumi bertumpu pada kelapa kering (kopra). Kelapa yang terdapat di pulau ini memang diusahakan secara sengaja oleh masyarakat Simeulue untuk memenuhi kebutuhan pasar dan industri kopra yang ada di Pulau Simeulue. Oleh karena vegetasi kelapa yang banyak ini, maka Pulau Simeulue Cut menjadi pulau andalan bersama-sama dengan pulau Salaut Besar sebagai penghasil kelapa Kabupaten Simeulue.

Kondisi Sosial Budaya dan Infrastruktur Pulau Simeulue Cut
Pulau ini sejak lama ditemukan oleh suku Simeulue, namun tidak diminati untuk didiami karena tidak memiliki prasarana pemukiman dan susah transportasi. Untuk mencapai Pulau Simeulue Cut diperlukan perjalanan yang jauh dari pusat kota Sinabang, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kapal nelayan dari dea Latakayah, kecamatan Simeulue Tengah.

___________________________

PULAU RAYA (Salah Satu Pulau Pulau Kecil Terluar di NAD)


PULAU RAYA (Salah Satu Pulau Pulau Kecil Terluar di NAD)
Tonny F. Kurniawan

Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Pulau Raya
a. Letak geografis
Pulau Raya Secara geografis terletak di antara koordinat 04o52’23” LU – 95o21’46” BT. Secara kewilayahan, Pulau Raya berada di Desa Pulo Raya Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Pulau Raya memiliki luas wilayah sebesar 2 km2 dan berpenghuni. Dari segi titik pangkal dan petunjuk garis pangkal, Pulau Raya mempunyai titik dasar TD.174 TR.174 Jarak TD.174-TD.175=25.87 nm dan garis pangkal lurus kepulauan.

b. Topografi
Elevasi ketinggian Pulau Raya antara 0 – 30 m di atas permukaan laut (dpl). Perbedaan ketinggian antara beberapa lokasi di Pulau Raya tidak menonjol dengan dataran tinggi dari sekitar pesisir hingga ke tengah pulau. Topografi pantai Pulau Raya mempuyai kedalaman bervariasi antara 2 sampai 30 meter dengan ketinggian gelombang berkisar antara 0,5-1,5 meter. Pola arus di Pulau Raya merupakan paduan antara arus tetap yang mengalir di samudera Hindia dan arus pasang surut. Sedangkan pola pasang surut di daerah tersebut diduga merupakan arus campuran dominasi harian.
c. Litologi
Pulau Raya merupakan pulau kecil yang tersusun dari endapan aluvium. Endapan aluvium ini berumur resen (holosen) yang merupakan hasil rombakan (erosi dan abrasi) dari dari batuan yang lebih tua, yaitu batu gamping fromasi wapulaka dan kapur. Dataran pasir pantai merupakan endapan aluvium berupa pasir, lanau, lempung, dan kerikil.
d. Klimatologi
Pulau Raya juga termasuk pulau dengan iklim tropis. Data iklim yang ada menunjukkan bahwa curah hujan di Pulau Raya hampir sama dengan Pulau Rondo, yaitu mencapai 2.123,4 m/tahun dengan jumlah hari hujan 127 hari/tahun. Kondisi temperatur harian di sekitar Pulau Raya berkisar anatara 20,7°C – 31,24 °C. Sedangkan kecepatan angin mencapai 12,1 knot, dengan arah angin terbanyak menuju arah barat.

e. Kondisi Perairan
Kondisi perairan di sekitar Pulau Raya agak keruh dan ombaknya besar. Arus di daerah perairan pulau ini berasal dari Samudera Hindia bergerak menuju timur dan sebagian dibelokan ke selatan. Kecepatan arus sekitar 0,38 m/detik. Tinggi gelombang rata-rata di daerah ini adalah 54,56 cm dengan periode 4,43 detik, sedangkan dalam kondisi cuaca buruk tinggi gelombang maksimum mencapai 320 cm.

Kualitas perairan Pulau Raya yaitu sebagai berikut :
· Warna <>
Tambak yang ada di Pulau Raya sebelum tsunami adalah tambak udang dan ikan bandeng, jumlah kolam terdiri dari 10 petak dengan ukuran masing-masing kolam (50 x100 m2). Tambak ini menjadi pekerjaan sampingan nelayan setelah pulang melaut. Nelayan hampir tiap bulan pergi melaut, dengan jarak tempuh sekitar 3 mil ke arah laut lepas.

b. Kondisi Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di seluruh perairan Pulau Raya mempunyai kenampakkan yang seragam dengan lebar rataan terumbu karang berkisar antara 100 - 600 meter. Berdasarkan bentuknya, terumbu karang yang terdapat di kawasan tersebut dapat digolongkan ke dalam tipe terumbu karang tepi (Fringing Reef) dan Barrier Reef. Terumbu karang ini berkembang sepanjang pantai yang mengelilingi pulau ke arah kedalaman dengan kemiringan yang landai.

Berdasarkan persentase penutupan karang batu, kondisi terumbu karang di sekitar Pulau Raya secara umum dalam kondisi cukup baik. Penutupan karang hidup pulau ini berkisar antara 5,16 - 65,34%. Kerusakan karang di wilayah ini kebanyakan terjadi secara mekanik yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang berupa pengeboman karang untuk keperluan penangkapan ikan karang.

c. Ekosistem Mangrove dan Lamun
Tutupan lahan yang terdapat pada pulau tersebut, antara lain hutan (vegetasi tegakan dengan kerapatan tinggi), semak belukar, lahan terbuka, lahan terbuka pantai dengan material pasir dan singkapan karang, dan karang yang terdapat di ekosistem laut dangkal (Shallow Water)/laguna. Dengan kondisi seperti ini, peluang tumbuhnya mangrove sangat kecil. Karena syarat hidup mangrove adalah pada pantai yang gelombangnya relatif tenang dan dengan material dasar geluh berpasir (lumpur), sedangkan pada pulau tersebut, material dasar didominasi oleh campuran pasir dan karang.

Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi dan Infrastruktur Pulau Raya
a. Sosial Budaya
Masyarakat Pulau Raya termasuk masyarakat yang taat dalam menjalankan ajaran agama. Banyak kegiatan sosial yang dilakukan bernuansa agama/perayaan hari besar agama Islam. Kegiatan perayaan tersebut tidak selalu dipusatkan pada tempat tertentu. Disamping itu, masyarakat Pulau Raya terbiasa dengan kegiatan gotong royong dalam pembuatan sarana dan prasarana umum atau penyelenggaraan suatu perayaan. Kebiasaan ini menjadikan kehidupan masyarakat di Pulau Raya hidup harmonis, terutama sebelum tsunami.

b. Penduduk dan Mata Pencaharian
Sebelum tsunami tanggal 26 Desember 2004 untuk pulau-pulau yang berada di Aceh Jaya, hanya Pulau Raya yang berpenghuni dan berpenduduk sekitar 82 KK, 363 jiwa dan mempunyai 3 Dusun yaitu Dusun Lhok siron, Lhok Me dan Ujung Manek. Namun saat ini, Pulau Raya sudah banyak ditinggal oleh penduduknya, hanya beberapa KK yang masih bertahan hidup di sana secara permanen. Sekitar 51 KK yang masih hidup setelah tsunami tinggal di rumah bongkar pasang bergabung dengan penduduk desa lain di Desa Lhook Kruet, sekitar 1 km dari Pulau Raya.
Mata pencaharian/pekerjaan penduduknya sebagian besar sebagai nelayan. Beberapa ada yang berprofesi sebagai petani, petani merangkap nelayan, pedagang, dan pegawai negeri. Hasil pertanian utama adalah padi, jagung, semangka, dan ubi-ubian. Akses ke Pulau Raya sangat mudah dijangkau, hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit dari Lhok Kruet dengan memakai sarana perahu/boat nelayan, dengan jarak dari Lhok Kruet sekitar 1 Km.

c. Infrastruktur Umum
Infrastruktur umum tersedia di Pulau Raya antara lain sarana angkutan, sarana pendidikan SD 1 unit, Puskesmas 1 unit, mesjid 1 unit, kantor desa 1 unit, dan madrasah 1 unit. Sedangkan bangunan rumah penduduk sekitar 60 buah. Namun saat ini, semuanya mengalami rusak berat akibat ombak tsunami, yang tersisa sebagian besar dalam bentuk puing-puing berserakan. Sumber air tawar yang banyak tersedia di Pulau Raya disalurkan melalui pipa-pipa dari bukit atau dengan menggali sumur. Sedangkan pembangunan kembali infrastruktur Pulau Raya paska tsunami dilakukan di dusun Lhook Kruet.
Kegiatan investasi yang dapat dikembangkan di Pulau Raya adalah kegiatan perikanan dan pariwisata. Beberapa kegiatan perikanan yang dapat dikembangkan antara lain penangkapan ikan, budidaya tiram mutiara (Uj, Aroih), kerapu, lobster, perikanan bagan (Jermal), serta pembuatan perahu dan lain lain. Sedangkan kegiatan pariwisata di Pulau Raya yang dapat dikembangkan adalah wisata bahari, ekowisata, snorkeling dan selam.
____________________________

PULAU RONDO (Salah Satu Pulau Pulau Kecil Terluardi NAD)

PULAU RONDO (Salah Satu Pulau Pulau Kecil Terluar di NAD)
Tonny F. Kurniawan
Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Pulau Rondo
a. Letak geografis
Pulau Rondo terletak di ujung utara Sumatera, dan merupakan pulau terluar yang berbatasan dengan negara India. Posisi Pulau Rondo sangat strategis, yaitu di ujung barat Indonesia dan merupakan jalur pelayaran internasional. Secara geografis, pulau Rondo berada pada 06° 04’ 30” - 95° 06’ 45” BT. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang ada di wilayah Kabupaten Sabang, selain Pulau Weh, Klah, Rubiah dan Seulako.
Jarak Pulau Rondo dengan Kota Sabang 15,6 km, dengan Kelurahan Iboih 9,3 km, dan dengan Kelurahan Ujung Ba’u 4,8 km. Luas Pulau Rondo 0,4 km2, dapat dicapai dengan kapal motor dari Kelurahan Ujung Ba’u selama 40 menit, dari Kelurahan Iboih 1,5 jam dan dari Kota Sabang 1,75 jam.
Pulau Rondo termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Ujung Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Provinsi NAD. Pulau ini tidak dihuni secara tetap, tetapi secara bergantian oleh Marinir dan petugas jaga mercusuar. Di pulau ini terdapat titik dasar (TD) no. 177 dan titik referensi (TR) no. 177 dan sebuah mercusuar.

b. Topografi
Pulau karang yang berbentuk bulat ini memiliki topografi berbukit (bentuk Kount), dengan ketinggian yang rendah. Bentuk lahan pulau ini berupa perbukitan denudasional terkikis ringan dan terumbu paparan pelataran yang ada di perairan sekelilingnya. Kondisi pantai terjal dan berbatu sehingga agak sulit didarati dari arah laut. Letaknya yang berada di laut lepas dengan arus dan gelombang yang relatif lebih besar menyebabkan pulau ini rawan abrasi. Elevasi ketinggian Pulau Rondo antara 0 – 35 m di atas permukaan laut (dpl).

c. Litologi
Secara litologi, Pulau Rondo pada umumnya sama dengan Pulau Weh, yaitu tersusun dari tufa andesit dan batuan sedimen hasil letusan gunung berapi. Pada daerah pantai dan sebagian besar dataran pesisir serta lahan terbuka umumnya mempunyai struktur yang bercampur dengan pasir serta banyak batu-batu besar.

d. Klimatologi
Secara umum iklim Pulau Rondo termasuk kedalam iklim tropis. Data iklim yang bersumber dari stasiun Meteorologi dan Geofisika Sabang, menunjukkan bahwa curah hujan mencapai 2.130,8 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 149 hari/tahun. Kondisi temperatur harian di sekitar Pulau Rondo berkisar 21,5°C-30,5°C, Sedangkan kecepatan angin mencapai 10,8 knot, dengan arah angin terbanyak menuju arah barat.

e. Kondisi Perairan
Pulau Rondo merupakan pulau terluar yang berada di bagian barat laut Pulau Weh. Kondisi perairan pulau ini jernih dengan ombak yang relatih lebih tinggi dari pada perairan pulau lainnya. Arus di daerah perairan pulau ini berasal dari barat (Samudera Hindia) bergerak menuju timur dan sebagian dibelokan ke utara, dengan kecepatan mencapai 0,65 m/detik.
Parameter fisik perairan Pulau Rondo yaitu sebagai berikut : warna <>
Potensi Sumberdaya Alam Pulau Rondo
a. Sumberdaya Perikanan
Perairan pulau ini memiliki kekayaan hayati yang melimpah, antara lain terumbu karang dan berbagai jenis ikan, baik ikan hias maupun ikan ekonomis seperti tuna (Thunnus Sp.), tenggiri (Scomberomorus commersoni), lemuru (Sardinella longiceps), kakap (Lutjanus Sp.), kembung (Rastrelliger Sp.), tembang, dan kerapu. Di perairan ini terkadang dijumpai ikan hiu, yang menjadikan Pulau Rondo sebagai daerah penangkapan ikan (Fishing Ground). Kondisi ini didukung adanya proses Up welling akibat pertemuan arus dari utara dan selatan, yang menyebabkan banyak terakumulasinya berbagai jenis ikan.
b. Vegetasi
Pulau Rondo merupakan pulau yang bervegetasi cukup lebat. Sebagian besar lahan berupa hutan tropika basah (dengan vegetasi pohon, semak dan herba). Berbagai jenis vegetasi diantaranya pohon kelapa (terutama di pinggir pantai), cengkeh, buah-buahan, kayu ketapang, gelumpang, kayu laut, medang dan lagan.
c. Terumbu Karang dan Biota Penghuninya
Pulau Rondo memiliki berbagai jenis tutupan terumbu karang. Jenis karang yang dominan berupa karang keras (Hard Coral) 32,3%, jenis lainnya yaitu karang mati (Dead Coral) 19,6%, dan karang lunak (Soft Coral) 2,6%.
Kelimpahan biota yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang dasar perairan Pulau Rondo didominasi oleh kelompok ikan yang berukuran > 1 inch, Jenis lainnya yaitu Bulu Babi/sea urchins (Diadema sp.), ikan berukuran <>
Faktor penyebab kerusakan karang yang dominan terjadi disebabkan antara lain jangkar kapal nelayan (26,7%), perubahan suhu (kelantang ) 16,7%, pembentukan massa putih (white band) 13,3%, kerusakan lain 10%, ledakan bom 6,7%, dan penyakit karang 3,3%. Berdasarkan kegiatan observasi langsung di lapangan dan informasi dari masyarakat bahwa ekosistem mangrove dan padang lamun belum pernah ditemukan di sekitar pulau Rondo.
Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi dan Infrastruktur
a. Sosial Budaya
Di sekitar Pulau Rondo yang tak berpenghuni ini kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Ujung Ba’u dan masyarakat daerah lain adalah mencari ikan. Daerah tangkapannya tidak jauh dari pulau tersebut karena mesin kapal nelayan belum mampu melewati gelombang yang besar hingga batas Laut Andaman.

b. Posisi dalam Pelayaran Regional
Pulau Rondo merupakan salah satu pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan India dan Thailand. Di pulau ini terdapat mercusuar yang dijaga secara bergantian oleh petugas mercusuar dan terdapat titik referensi (TR) dan titik dasar (TD) yang terdaftar dalam PP No. 38 Th 2002.

Posisi Rondo ini sangat strategis karena berada pada jalur pelayaran antara 2 (dua) benua yaitu Asia dan Eropa, sehingga memberikan arti penting bagi terbukanya berbagai peluang maupun ancaman dari luar. Salah satu ancaman yang serius adalah illegal fishing oleh nelayan asing. Hal ini disebabkan pula oleh masih tradisionalnya alat tangkap yang digunakan oleh nelayan setempat.

Dengan ditetapkannya Sabang dan Aceh sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di ujung barat Indonesia, mengakibatkan semakin banyaknya volume pelayaran di perairan ini. Sehingga keberadaan pulau memerlukan pengawasan yang lebih intensif, agar keberadaannya tidak diklaim secara sepihak oleh negara lain.

Perkembangan perundingan bilateral antara RI-India yang telah dilakukan:
1. Perjanjian Garis Batas Landas Kontinen RI - India di Jakarta tanggal 8 Agustus 1974 (diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI No. 51 Tahun 1974 tanggal 25 September 1974), terdiri dari 4 (empat) titik koordinat (titik 1 – 4).
2. Perjanjian Garis Batas Landas Kontinen RI - India (perpanjangan Garis Batas Landas Kontinen tahun 1974) dilakukan di New Delhi tanggal 14 Januari 1977, terdiri dari 9 (sembilan ) titik koordinat :
a. Laut Andaman 4 (empat) titik koordinat
b. Samudera Hindia 5 (lima) titik koordinat.
(diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1977,
tanggal 04 April 1977).

c. Transfortasi dan Aksesibilitas
Pulau Rondo dapat diakses dengan menggunakan kapal motor dari Kelurahan Ujung Ba’u selama 40 menit, dari Kelurahan Iboih 1,5 jam dan dari Kota Sabang 1,75 jam. Untuk mencapai pulau ini sangat mudah melalui beberapa jalur dengan menggunakan berbagai macam sarana transportasi.
__________________________________

Mengenal Pulau-Pulau Kecil Terluar

Mengenal Pulau-Pulau Kecil Terluar
Tonny F. Kurniawan

Berdasarkan Deklarasi Juanda pada tahun 1957, dan kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang N0.4/PrP/1960 yang telah diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia serta dikuatkan melalui Konvensi Hukum Laut 1982, Indonesia mempunyai tanggung jawab besar dalam melakukan pengelolaan di wilayah nusantara. Dengan jumlah pulau sekitar 17.504 pulau dan panjang garis pantai 81.000 km, laut nusantara dengan selat-selat, laut teritorial, dan perairan ZEE wilayah Indonesia mengandung kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan alam tersebut menjadi tantangan besar bagi bangsa dalam memanfaatkannya dengan tujuan sebesar-besarnya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata.

Kenyataan ilustrasi di atas harus ditindak lanjuti dengan komitmen politik nasional untuk mengembangkan sektor kelautan sebagai salah satu andalan dalam pembangunan negara. Pengembangan kawasan laut selama ini kurang dilakukan secara optimal, salah satu indikatornya yaitu belum selesainya masalah batas laut antar negara di wilayah perairan kita. Hal tersebut sangatlah ironis karena dunia internasional sudah sepakat tentang hukum laut sejak tahun 1982, melalui Konvensi Hukum Laut Internasional. Konvensi tersebut telah berlaku sejak tanggal 16 November 1994, dengan demikian pada tanggal 16 November 2004 pemberlakuan konvensi 1982 tersebut sudah mencapai 10 (sepuluh) tahun. Akan tetapi permasalahan batas laut negara kita dengan negara tetangga masih belum selesai, sehingga menjadi pekerjaan rumah bagi semua instansi yang terkait dengan hal ini.

Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau-pulau kecil yang dikelilingi hamparan laut yang luasnya ¾ dari luasan total wilayah negara, sudah sepantasnya bangsa ini menjadikan kawasan pulau-pulau kecil sebagai prioritas pengembangan ke depan. Apabila berdasarkan PP No 38 Tahun 2002 ada 92 pulau-pulau kecil terluar yang memiliki titik pangkal dan berbatasan dengan negara tetangga, ke 92 pulau tersebut memiliki nilai penting dalam menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bertolak belakang dengan nilai penting dan potensi yang dimilikinya, kawasan pulau-pulau kecil dan perairannya dimasa lampau kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Hal tersebut yang menimbulkan terjadinya kemiskinan di kawasan ini, dan keterbatasan-keterbatasan lainnya seperti terbatasnya transportasi, terbatasnya air bersih dan sarana prasarana lainnya.
Rendahnya sentuhan pembangunan pada pulau-pulau kecil didasarkan pada beberapa alasan antara lain: (1) Kebanyakan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni karena ukurannya yang realtif sangat kecil; (2) Kalaupun berpenghuni, jumlah penduduknya sangat sedikit sehingga tidak menjadi prioritas utama; dan (3) Kawasan ini cenderung terisolasi dan jauh dari ibu kota propinsi, apalagi dari Jakarta, sehingga diperlukan investasi yang besar (high cost investment). Dari gambaran tersebut telah menjadikan kawasan pulau kecil hanya sebagai daerah hinterland yang termarjinalkan.

Disamping keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya, kawasan ini dapat menjadi modal dasar dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa, dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, seiring dengan berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan sudah sepantasnya kawasan pulau-pulau kecil yang terpencil ini harus sudah mulai diperhatikan dan dikembangkan agar menjadi suatu kawasan yang memiliki prospek dalam menyumbangkan pendapatan bagi negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ditinjau secara geografis, Indonesia merupakan negara terbesar kelima di dunia yang dibatasi dua matra, laut dan darat. Di laut, wilayah Indonesia berbatasan dengan sepuluh (10) negara yaitu Australia, Malaysia, Singapura, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, dan Timor Leste, sementara di darat dengan tiga (3) negara yaitu Malaysia, Papua New Guinea, dan Timor Leste. Karakteristik sosial dalam pendefinisian batas negara di kedua matra tersebut sangat berbeda, demikian pula sifat permasalahannya. Namun demikian pemikiran untuk menangani keduanya secara konkrit perlu dijabarkan menjadi sebuah pola, ditinjau dari aspek filosofis, yuridis, politis, sosial ekonomi, kultur historis, serta didukung oleh aspek teknis dan penguasaan teknologi yang kian pesat perkembangannya.

Diyakini bahwa pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan memiliki nilai strategis sebagai titik dasar dalam penetapan wilayah perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan Landas Kontinen Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia, maka saat ini jumlah pulau-pulau kecil yang mempunyai titik-titik garis pangkal berjumlah 92 pulau. Ke-92 pulau tersebut tersebar di 19 Provinsi dan 34 Kabupaten, yang sebagian besar berlokasi di Kepulauan Riau (21 pulau) dan Kepulaun Maluku (20 pulau). Dari 92 pulau tersebut sekitar 50% berpenghuni, dengan luas pulau berkisar antara 0,02 – 200 Km2. Sehingga dalam rangka memelihara dan mempertahankan keutuhan wilayah negara, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan keterpaduan pembangunan sarana dan prasarana di bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, sumber daya manusia, pertahanan, dan keamanan.
Posisi strategis kawasan pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan diantaranya adalah adanya 3 jalur pelayaran, yaitu :
1. Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yang meliputi Selat Malaka, Selat Sunda dan Laut Cina Selatan
2. Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang meliputi Selat Lombok, Selat Makasar dan Laut Sulawesi
3. Alur Laut Kepulauan Indonesia III (ALKI III) yang meliputi pelayaran dari NTT, Maluku, Papua dan Philipina
Dari ketiga ALKI tersebut, ALKI I sudah sangat ramai dilayari kapal-kapal internasional, dan banyak membuka peluang bisnis disekitar wilayahnya. Sedangkan ALKI II dan III masih sangat jarang dilayari oleh kapal-kapal internasional. Selain peluang yang ada, dengan adanya ketiga ALKI tersebut terdapat pula ancamannya, seperti kemungkinan pencemaran karena tumpahnya minyak dari kapal-kapal, adanya pembuangan limbah berbahaya dan beracun serta resiko kemungkinan kecelakaan tabrakan kapal. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi ekosistem pulau-pulau kecil.

Kondisi pulau-pulau kecil sebagai Pulau kecil mempunyai karakteristik biogeofisik yang menonjol:
1. Terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat insular
2. Sumber air tawar yang terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil.
3. Peka dan rentan terhadap pengaruh external baik alami maupun akibat kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar, serta pencemaran.
4. Memiliki jenis endemik yang punya nilai ekologis tinggi.
5. Area perairan yang lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan utamanya (benua atau pulau besar). Jika pulau tersebut mempunyai nilai yang sangat strategis untuk penentuan teritorial suatu negara.
6. Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai.
Pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan yang terpencil tersebut selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga kondisinya cukup bervariasi. Pada umumnya kondisi pulau masih alami ada yang berupa pulau batu, karang, dan pulau yang tidak bervegetasi serta sebagian besar tidak perpenghuni. Selain itu kawasan ini pula merupakan kawasan yang sulit terjangkau, dikarenakan sangat terbatasnya sarana dan prasarana, akibatnya akses dalam pengembangan ekonomi kawasan juga berkurang.

Kondisi seperti di atas, menjadi salah satu penyebab munculnya konflik-konflik di wilayah perbatasan. Permasalahan besar di wilayah perbatasan RI yang banyak menarik perhatian dunia internasional belum lama ini adalah kasus kepemilikan P. Sipadan dan Ligitan, yang menjadi sengketa antara Pemerintah Republik Indonesia dengan negara Malaysia, dimana pada akhirnya kedua pulau tersebut menjadi milik negara Malaysia. Keputusan tersebut diambil oleh Mahkamah Internasional (MI) atas pertimbangan effective occupation atau bukti penguasaan efektif terhadap kedua pulau tersebut. Pertimbangan penguasaan efektif mensyaratkan pemenuhan bukti setidaknya 3 (tiga) aspek utama yaitu keberadaan secara terus menerus (continuous presence) di pulau tersebut, penguasaan secara efektif (effective occupation) termasuk aspek administrasi, serta perlindungan dan pelestarian ekologis (maintenance and ecology preservation).



Kasus lepasnya P. Sipadan dan Ligitan harus menjadi pembelajaran bagi kita untuk menghindari terjadinya konflik bilateral antar dua negara dan konflik regional antar beberapa negara. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan di wilayah perbatasan, harus dilakukan pengelolaan pulau-pulau kecil di perbatasan dengan perencanaan yang rasional dan matang sehingga pengembangan pulau-pulau kecil di kawasan ini dapat berjalan dengan baik dan menjadikan wilayah perbatasan ibarat halaman rumah yang indah dan nyaman.

Pulau-pulau di wilayah perbatasan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan jarak dari pusat pertumbuhannya, yaitu :
1. Pulau-pulau terpencil dan jaraknya jauh dari pusat-pusat pertumbuhan baik di dalam maupun di luar negeri. Pulau-pulau ini pada umumnya memiliki berbagai kendala untuk dikembangkan secara ekonomis, karena penghuninya sangat terbatas, bahkan banyak yang tidak berpenghuni, seperti P. Sekatung, P. Batek, P. Bras, P. Fanildo, dan P. Fani. Fungsi yang dapat dikembangkan disini terbatas pada aspek lingkungan, pengawasan/patroli perbatasan ataupun riset kelautan dan wisata bahari
2. Pulau-pulau yang jaraknya cukup dekat dengan pusat-pusat pertumbuhan (umumnya di luar negeri) tetapi tidak mendapat perhatian pemerintah karena jaraknya jauh dari pusat pertumbuhan di dalam negeri, seperti P. Miangas, P. Marampit, dan P. Marore. Pulau-pulau ini cenderung berorientasi ke pusat pertumbuhan terdekatnya.

Pengelolaan perbatasan negara sampai saat ini belum memberikan filosofi riil dan menyentuh semua aspek yang menyertainya, termasuk teknis pelaksanaannya di lapangan. Permasalahan yang dihadapai di wilayah perbatasan antara lain :
§ Belum adanya perhatian pemerintah dalam pengembangan prasarana karena dinilai tidak ekonomis, lokasinya jauh dari pusat pertumbuhan.
§ Belum adanya kepastian garis batas laut dengan negara tetangga, Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, harus memiliki batas wilayah yang jelas dengan negara lain untuk mewujudkan eksistensi kedaulatan dan keutuhan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa batas wilayah memiliki nilai startegis yang sangat penting, baik batas wilayah di kawasan daratan maupun batas wilayah perairan laut.
§ Kualitas SDM masih rendah, terutama karena sulitnya mendapatkan pendidikan serta minimnya pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih terisolir dan termarjinalkan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang mempunyai kepentingan.
§ Maraknya pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah perbatasan seperti penyelundupan, pencurian ikan, trafficking, perompakan, dll, karena tidak terjangkau oleh aparat hukum dan keamanan.
§ Rawan terhadap aspek pertahanan karena sangat mudah untuk di-okupasi oleh negara lain akibat keterbatasan patroli laut yang ada. Selain itu juga disinyalir oleh pihak TNI banyak pulau-pulau perbatasan yang dijadikan tempat penyelundupan senjata.
§ Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengelolaan, khususnya terhadap pulau-pulau yang terpencil sulit dijangkau dan tidak berpenghuni.
§ Rawan terhadap imigran gelap dan pelarian dari negara tetangga
§ Kondisi pulau yang tidak berpenghuni, ada yang dihuni oleh imigran gelap dari negara-negara tetangga.
§ Kondisi pulau di perbatasan umumnya pulau-pulau yang sangat kecil sehingga sangat rentan terhadap kerusakan baik oleh alam maupun manusia.
§ Belum sinkronnya pengelolaan perbatasan, baik yang mencakup kelembagaan, program, maupun kejelasan kewenangan.
§ Belum adanya peraturan perundangan yang jelas dan menyeluruh dalam pengelolaan pulau-pulau di wilayah perbatasan.
§ Kurangnya sosialisasi tentang keberadaan dan pentingnya pulau-pulau di wilayah perbatasan. yang bertitik dasar.
§ Adanya salah penafsiran dalam penerapan OTDA tentang kewenangan pengelolaan wilayah laut
§ Kewenangan pengelolaan yang belum jelas sehingga banyak potensi yang belum termanfaatkan.

Permasalahan di atas dapat dikelompokkan sebagai berikut :

§ Potensi ekonomi pulau-pulau kecil di perbatasan belum banyak dikembangkan dan dioptimalkan
§ Permasalahan garis batas antar negara dan kedaulatan NKRI, dimana hingga saat ini banyak titik-titik koordinat batas yang belum disepakti oleh kedua negara berbatasan
§ Kesenjangan ekonomi yang membawa dampak distabilitas sosial-politik yang dapat mengarah pada disentegrasi bangsa
§ Permasalahan pertahanan negara dan pengawasan laut
§ Keterbatasan prasarana wilayah, khususnya prasarana perhubungan, transportasi dan komunikasi
§ Permasalahan kelembagaan dan kejelasan pembagian kewenangan.

Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan.secara nasional bangsa Indonesia harus tetap bersandar pada Dasar Pembangunan yang merupakan rumusan konsep tentang Wawasan Nusantara yang berbunyi :

“Wujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai suatu negara kepulauan (archipelagic state), yang dalam kesemestaannya merupakan satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan atau kesatuan pertahanan keamanan negara, demi untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa Indonesia melalui pembangunan nasional segenap potensi darat, laut dan angkasa secara terpadu”.

Rumusan konsep di atas dijabarkan melalui 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan geopolitik dan geo strategis. Secara geopolitik Indonesia yang terletak dikelilingi oleh beberapa negara Asia Pasifik, harus memiliki dorongan-dorongan (motives) dan rangsangan-rangsangan (drives) untuk mampu menjamin keamanan dan ketertiban dalam negerinya, serta mempunyai kewajiban untuk ikut menangani potensi konflik di laut sebagai upaya memelihara stabilitas kawasan. Pendekatan secara internal geopolitik mencakup 4 (empat) dimensi yaitu dimensi ruang yang berkaitan dengan kesatuan politik, dimensi frontier yang berkaitan dengan kesatuan ekonomi, dimensi politik yang berkaitan dengan kesatuan sosial budaya serta dimensi kekuatan keamanan negara dan bangsa yang berkaitan dengan kesatuan hankam. Sedangkan secara eksternal dapat dilihat dari kontribusi Indonesia menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Berdasarkan hal tersebut Indonesia yang terletak diantara samudera Hindia dan Pasifik yang sangat strategis sebagai jalur pelayaran internasional memiliki posisi penting dalam pandangan geopolitik untuk melakukan pengelolaan wilayah perbatasan di laut dalam upaya menjaga stabilitas kawasan dan pembangunan ekonomi. Sedangkan geostrategi yang dilakukan merupakan kajian penentuan langkah-langkah berdasarkan faktor letak dan posisi geografis tempat atau wilayah tertentu yang menjadi objeknya. Atau merupakan suatu kebijakan pelaksanaan yang menentukan tujuan-tujuan dan sarana-sarananya dengan memanfaatkan konstelasi geografis suatu negara.
Dalam pelaksanaannya geostrategi harus memenuhi 2 (dua) fungsi yaitu fungsi dalam negeri mencakup memelihara keutuhan wilayah, pemantapan politik, kesatuan nasional, kemajuan ekonomi dan kemantapan hankamnas. Sedangkan fungsi luar negeri mencakup upaya membantu mengokohkan stabilitas (stability-in-dept) ketahanan regional, serta membantu menciptakan perdamaian dan keamanan internasional.

Sedangkan pendekatan pengelolaan wilayah perbatasan di laut yang dilakukan Departemen Kelautan dan Perikanan tetap mengacu pada visi departemen yaitu “Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, memperkokoh persatuan bangsa”. Sebagaimana terlihat pada visi DKP sudah jelas terlihat arah dari pengembangan atau pengelolaan wilayah perbatasan yaitu dengan memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan di wilayah perbatasan secara optimal untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memperkokoh stabilitas nasional serta ketahanan bangsa dan negara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengembangan pulau-pulau di wilayah perbatasan tidak terlepas dari visi-misi pengembangan kawasan perbatasan secara umum dan kecenderungan perubahan global dan regional yang terjadi diantaranya adalah :
§ Liberalisasi perdagangan internasional dan tumbuhnya kawasan-kawasan perdagangan bebas di Asean dan Asia Pasifik
§ Meningkatnya kerjasama ekonomi sub regional IMT-GT, IMS-GT, BIMP-EAGA dan AIDA
§ Kejahatan terorganisir lintas negara
§ Perubahan iklim global, pemanasan suhu air laut, pencairan es di kutub utara dan meningkatnya permukaan air laut
§ Pencemaran akibat angkutan laut dan pembuangan limbah berbahaya serta beracun.

Gambaran diatas memberikan beberapa skenario pengembangan kawasan perbatasan yaitu :
§ Kawasan perbatasan laut mengadopsi baik fungsi pertahanan maupun fungsi ekonomi secara bersamaan
§ Kawasan perbatasan laut tetap mengedepankan fungsi pertahanan mengingat ancaman dari dalam dan luar yang semakin meningkat, sedangkan keadaan keamanan negara belum stabil
§ Kawasan perbatasan laut lebih mengedepankan fungsi ekonomi, yaitu perdagangan dan transportasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional

Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982), Indonesia mempunyai kedaulatan atas wilayah perairan kepulauan, laut teritorial dan perairan umum serta hak berdaulat atas sumberdaya ikan di perairan ZEEI. Selain itu Indonesia juga memiliki peluang untuk memanfaatkan ikan di laut lepas. Berdasarkan hal upaya pengelolaan pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan diarahkan pada pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan dan sosial serta pembangunan hankam.
Hal penting yang perlu ditangani segera dalam pengembangan kawasan pulau-pulau kecil terluar adalah :
1. Aspek Ekonomi, bertujuan untuk meningkatkan perekonomian perbatasan maritim dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan kerjasama antar negara
2. Aspek Hankam dan Prasarana, lebih bertujuan untuk meningkatkan sistem pertahanan dan keamanan laut beserta peralatan dan prasarana penunjangnya
3. Aspek Pengembangan SDM, yang berorientasi dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan laut dan pesisir dengan teknologi dan SDM yang unggul
4. Aspek Kelestarian Laut dan Pesisir, bersifat konservatif dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan di perbatasan maritim.
5. Aspek Sosial dan Budaya, yang berorientasi dan mempertahankan kearifan lokal.

Alamat Kedutaan Besar Negara-Negara Dunia di Indonesia


Alamat Kedutaan Besar Negara-Negara Dunia di Indonesia
.
.
.

Kedutaan Besar Afghanistan
Jl. Dr. Kusumaatmaja S.H. 15, Jakarta 10310
Telepon : (021) 314-3169
Fax : (021) 335-390

Kedutaan Besar Afrika Selatan
Wisma GKBI, 7th Floor, Suite 705
Jl. Jenderal Sudirman No. 28, Jakarta 10210
Telepon : (021) 574-0660
Fax : (021) 574-0661
Email: saembjak@centrin.net.id
Website: www।saembassy-jakarta.or.id

Perwakilan Albania untuk Indonesia
2952, Jl. Bukit Ledang, Off Jalan Duta,
Kuala Lumpur 50480, Malaysia
Phone: (60-3) 2093-7808, 2093-8102
Fax: (60-3) 253-7359

Kedutaan Besar Algeria/Aljazair
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 10-1
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 525-4719 / 525-4809
Fax : (021) 525-4654
Email: ambaljak@cbn.net.id
Website: www।algeria-id.org

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 5, Jakarta 10110
Telepon : (021) 3435-9000
Fax : (021) 386-2259
Email: jakconsul@state.gov
Website: www।usembassyjakarta.org

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bali
Jl. Hayam Wuruk 188 Denpasar - Bali, Indonesia
Phone: (62-361) 233-605
Fax: (62-361) 222-426

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Surabaya
Jl. Raya Dr. Sutomo No. 33
Surabaya, Jawa Timur
Phone: (62-31) 568-2287, 568-2288
Fax: (62-31) 567-4492

Kedutaan Besar Arab Saudi
Jl. M.T. Haryono, Kav. 27 Jakarta 13630
Telepon: (021) 801-1553 / 801-1537
Fax : (021) 801-1527

Kedutaan Besar Argentina
Menara Mulia Building, 19th Floor, Suite 1901
Jl. Jenderal Gatot Subroto, Kav. 9-11
Jakarta 12930
Telepon : (021) 526-5661
Fax : (021) 526-5664

Kedutaan Besar Australia
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. C15-16
Jakarta 12940, Indonesia
Telepon : (021) 522-7111
Fax : (021) 522-7101

Kedutaan Besar Austria
Jl. Diponegoro 44, Jakarta 10310
Telepon : (021) 338-090 / 338-101 / 310-7451
Fax : (021) 390-4927

Kedutaan Besar Bangladesh
Jl. Denpasar Raya 3, Block A-13
Kav. 10, Kuningan Jakarta 12950
Telepon : (021) 525-1986 / 522-1574
Fax : (021)526-1807

Kedutaan Besar Belanda
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Jakarta 12950
Telepon : (021) 525-1515
Fax : (021) 570-0734

Kedutaan Besar Belgia
Deutsche Bank Building 16th Floor
Jl. Imam Bonjol 80, Jakarta 10310
Telepon : (021) 316-2030
Fax : (021) 316-2035

Kedutaan Besar Brasil
Menara Mulia Building, 16th Floor, Suite 1602
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 9-11
Jakarta 12390
Telepon : (021) 526-5656
Fax : (021) 526-5659

Kedutaan Besar Brunei Darussalam
Wisma GKBI, Suite 1901
Jl. Jenderal Sudirman 28, Jakarta 10210
Telepon : (021) 574-1437 / 574-1438 / 574-1439
Fax : (021) 574-1463

Kedutaan Besar Bulgaria
Jl. Imam Bonjol 34-36, Jakarta 10310
Telepon : (021) 390-4048 / 390-4049

Kedutaan Besar Chile
Bina Mulia I building, 7th Floor
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. 10, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-1131
Fax : (021) 520-1955

Kedutaan Besar Cina
Mega Kuningan No.2, Jakarta
Telepon : (021) 576-1037 / 576-1038 / 576-1039
Fax : (021) 576-1034

Kedutaan Besar Czech (Ceko)
P.O. Box 1319
Jl. Gereja Theresia 20, Jakarta
Telepon : (021) 390-4075 / 390-4077
Fax : (021) 336-282

Kedutaan Besar Denmark
Bina Mulia Building, 4th Floor
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. 10, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520.4350
Fax : (021) 520-1962

Kedutaan Besar Emirat Arab
Jl. Sisingamangaraja C-4, Kav. 16-17
Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-6518 / 520-6552
Fax : (021) 520-6526

Kedutaan Besar Filipina
Jl. Imam Bonjol No. 6-8
Menteng, Jakarta 10310
Telepon : (021) 310-0302 / 314-9329 / 310-0334
Fax : (021) 315-9773 / 315-1167

Kedutaan Besar Finlandia
Bina Mulia Building I, 10th Floor
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. 10, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-7408
Fax : (021) 525-2033

Kedutaan Besar Hungaria
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. X No. 3
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-3459 / 520-3460
Fax : (021) 520-3461

Kedutaan Besar India
Jl. H.R. Rasuna Said, S-1, Kuningan
Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-4150 / 520-4152 / 520-4157
Fax : (021) 520-4160

Kedutaan Besar Inggris
Jl. M.H. Thamrin 75, Jakarta
Telepon : (021) 315-6264
Fax : (021) 314-1824 / 390-2726 / 390-7493

Kedutaan Besar Iran
Jl. H.O.S. Cokroaminoto 110
Telepon : (021) 331-391 / 334-637 / 331-378
Fax : (021) 310-7860

Kedutaan Besar Irak
Jl. Teuku Umar 38, Jakarta 10350
Telepon : (021) 390-4067
Fax : (021) 390-4066

Kedutaan Besar Italia
Jl. Diponegoro 45, Jakarta 10310
Telepon : (021) 337-445 / 323-490
Fax : (021) 337-422

Kedutaan Besar Jepang
Jl. M.H. Thamrin 24, Jakarta
Telepon : (021) 324-308
Fax : (021) 325-460

Kedutaan Besar Jerman
Jl. M.H. Thamrin 1, Jakarta
Telepon : (021) 390-1750
Fax : (021) 390-1757

Kedutaan Besar Kamboja
Panin Bank Plaza, 4th Floor
Jl. Palmerah Utara 52, Jakarta 11480
Telepon : (021) 548-4840 / 548-3716
Fax : (021) 548-3684

Kedutaan Besar Kanada
Wisma Metropolitan I, 5th Floor
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29, Jakarta 12920
Telepon : (021) 525-0709
Fax : (021) 571।2251

Kedutaan Besar Korea Utara
Jl. H.R. Rasuna Said Kav.X No. 5, Jakarta 12950
Telepon : (021) 521-0181 / 522-2442 / 526-0066
Fax : (021) 521-0183

Kedutaan Besar Korea Selatan
P.O. BOX 4187 JKTM
Jl. Jenderal Gatot Subroto 57, Jakarta Timur
Telepon : (021) 520-1915
Fax : (021) 525-4159

Kedutaan Besar Kroasia
Menara Mulia building, Suite 2101
Jl. Gatot Subroto, Kav. 9-11, Jakarta 12930
Telepon : (021) 525-7822 / 525-7611
Fax : (021) 520-4073

Kedutaan Besar Kuba
Villa Pejaten Mas, Block G, No. 4
Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta 12520
Telepon : (021) 780-6673
Fax : (021) 780-7345 / 780-6673

Kedutaan Besar Kuwait
Jl. Denpasar Raya Block A-XII No. 1
Kuningan Timur, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-2477 / 520-2478 / 520-2479
Fax : (021) 520-4359 / 522-4931 / 526-5886

Kedutaan Besar Laos
Jl. Kintamani Raya C-15 No. 33, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-2673 / 522-9602
Fax : (021) 522-9601

Kedutaan Besar Libanon
Jl. YBR V No. 82, Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021)526-4306 / 525-3074 / 520-7121
Fax : (021) 520-7121

Kedutaan Besar Libia
Jl. Pekalongan 24, Menteng, Jakarta 10310
Telepon : (021) 335-308 / 335-754
Fax : (021) 335-726

Kedutaan Besar Malaysia
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. X/6 No. 1-3
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 522-4947
Fax : (021) 522-4974

Kedutaan Besar Mali
Jl. Mendawai III No. 18
Kebayoran Baru, Jakarta 12130
Telepon : (021) 720-8472 / 726-8504
Fax : (021) 722-9589

Kedutaan Besar Maroko
Kuningan Plaza, South Tower, Suite 512
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. C 11-14
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-0773 / 520-0956
Fax : (021) 520-0586

Kedutaan Besar Meksiko
Menara Mulia Building, Suite 2306
Jl. Gatot Subroto Kav. 9-11, Jakarta 12930
Telepon : (021) 520-3980
Fax : (021) 520-3978

Kedutaan Besar Mesir
Jl. Teuku Umar 68, Menteng, Jakarta 10350
Telepon : (021) 314-3440 / 331-141 / 335-350
Fax : (021) 314-5073

Kedutaan Besar Myanmar
Jl. Haji Agus Salim No. 109, Jakarta Pusat
Telepon : (021) 314-0440 / 327-684
Fax : (021) 327-204

Kedutaan Besar Nigeria
P.O. BOX 3649
Jl. Taman Patra IV No. 11-11A
Kuningan Timur, Jakarta 12950
Telepon : (021) 526-0922 / 526-0923
Fax : (021) 526-0924

Kedutaan Besar Norwegia
Bina Mulia Building I, 4th Floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 10
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 525-1990
Fax : (021) 520-7365

Kedutaan Besar Pakistan
Jl. Teuku Umar No. 50
Menteng, Jakarta 10350
Telepon : (021) 314-4008 / 314-4009 / 314-4011
Fax : (021) 310-3947 / 310-3946 / 310-3945

Kedutaan Besar Papua New Guinea
Panin Bank Centre, 6th Floor
Jl. Jenderal Sudirman No. 1, Jakarta 10270
Telepon : (021) 725-1218
Fax : (021) 720-1012

Kedutaan Besar Perancis
Jl. M.H. Thamrin 20, Jakarta Pusat
Telepon : (021) 314-2807
Fax : (021) 314-3338

Kedutaan Besar Peru
Bina Mulia Building 2, 3rd Floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav.11
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-1176 / 520-1866
Fax : (021) 520-1932

Kedutaan Besar Polandia
Jl. Diponegoro No. 65, Jakarta 10310
Telepon : (021) 314-0509
Fax : (021) 327-343

Kedutaan Besar Qatar
Jl. Taman Ubud I No.5
Kuningan Timur, Jakarta 12920
Telepon : (021) 527-7751 / 527-7752
Fax : (021) 527-7754

Kedutaan Besar Rumania
Jl. Teuku Cik Ditiro No. 42A
Menteng, Jakarta Pusat
Telepon : (021) 310-6240 / 310-6241
Fax : (021) 390-7759

Kedutaan Besar Rusia
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. X7 No. 1-2
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 522-2912 / 522-2914 / 522-5195
Fax : (021) 522-2916 / 522-2915

Kedutaan Besar Selandia Baru
P.O. BOX 2439
BRI II Building, 23rd Floor
Jl. Jenderal Sudirman, Kav. 44-46, Jakarta 10210
Telepon : (021) 570-9460 / 570-9470
Fax : (021) 570-9457 / 570-9471

Kedutaan Besar Singapura
Jl. H.R. Rasuna Said, Block 4, Kav. 2
Kuningan Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-1489
Kedutaan Besar Slovakia
P.O. BOX 1368
Jl. Prof. Moh. Yamin, S.H. No. 29
Menteng , 10310 Jakarta
Telepon : (021) 310-1068 / 315-1429
Fax : (021) 310-1180

Kedutaan Besar Spanyol
Jl. Haji Agus Salim No. 6, Jakarta 10350
Telepon : (021) 335-937 / 335-940 / 335-771
Fax : (021) 325-996

Kedutaan Besar Sri Lanka
Jl. Diponegoro No. 70, Jakarta 10310
Telepon : (021) 314-1018 / 316-1886 / 391-9364
Fax : (021) 310-7962

Kedutaan Besar Sudan
P.O. BOX 403
Wisma Bank Dharmala, 7th Floor, Suite 1
Jl. Jenderal Sudirman, Kav.28
Jakarta 12910
Telepon : (021) 521-2075

Kedutaan Besar Swedia
Menara Rajawali, 9th Floor
Jl. Mega Kuningan Lot 5/1, Jakarta 12950
Telepon : (021) 576-2690
Fax : (021) 576-2691

Kedutaan Besar Swiss
Jl. H.R. Rasuna Said, Block 3 No.2
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 525-6061
Fax : (021) 520-2289

Kedutaan Besar Syria
Jl. Karang Asem I No. 8
Kuningan Raya, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-4117 / 520-1641 / 525-5991
Fax : (021) 520-2511

Kedutaan Besar Thailand
Jl. Imam Bonjol No. 74, Jakarta 10310
Telepon : (021) 390-4052 / 314-7925 / 391-5651
Fax : (021) 310-7469

Kedutaan Besar Tunisia
Wisma Dharmala Sakti, 11th Floor
Jl. Jenderal Sudirman No. 32, Jakarta
Telepon : (021) 570-3432 / 570-4220
Fax : (021) 570-0016

Kedutaan Besar Turki
Jl. H.R. Rasuna Said, Kav.1, Jakarta 12950
Telepon : (021) 525-6250 / 526-4143 / 522-7440
Fax : (021) 522-6056 / 527-5673

Kedutaan Besar Ukraina
Jl. Simprug Permata I No.39, Jakarta 12220
Telepon : (021) 726-7575 / 720-5356
Fax : (021) 726-6969

Kedutaan Besar Uni Eropa
P.O. BOX 6454 JKPDS
Wisma Dharmala sakti, 16th Floor
Jl. Jenderal Sudirman Kav.32, Jakarta 10064
Telepon : (021) 570-6076
Fax : (021) 570-6075

Kedutaan Besar Uzbekistan
Jl. Brawijaya Raya No. 7, Block P-5, Jakarta
Telepon : (021) 739-9009 / 722-1640 / 913-4212
Fax : (021) 722-1640

Kedutaan Besar Vatikan
P.O. BOX 4227
Jl. Medan Merdeka Timur 18, Jakarta
Telepon : (021) 384-1142 / 381-0736
Fax : (021) 384-1143

Kedutaan Besar Venezuela
Menara Mulia, Suite 2005, 20th Floor
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 9-11, Jakarta
Telepon : (021) 522-7547 / 525-7548
Fax : (021) 522-7549

Kedutaan Besar Vietnam
Jl. Teuku Umar, Jakarta 10350
Telepon : (021) 910-0163 / 315-8537 / 310-0358
Fax : (021) 314-9615

Kedutaan Besar Yaman
Jl. Yusuf Adiwinata No. 29, Jakarta 10350
Telepon : (021) 390-4074 / 310-8029 / 310-8035
Fax : (021) 390-4946

Kedutaan Besar Yordania
Jl.Denpasar Raya Block A-13, Kav.1-2
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-4400 / 520-4401
Fax : (021) 520-2447

Kedutaan Besar Yugoslavia
Jl. HOS Cokroaminoto No. 109, Jakarta 10310
Telepon : (021) 314-3560 / 334-157
Fax : (021) 314-3613

Kedutaan Besar Yunani
Plaza 89, 12th Floor
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 7 No. 6
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon : (021) 520-7776
Fax : (021) 520-7753