Translate

Selasa, Juni 09, 2009

Sinergisitas Pemerintah-Swasta-Petani dalam Pembangunan Pertanian


Oleh: Tonny F. Kurniawan


Pemerintah, swasta, dan petani merupakan pemangku kepentingan utama dalam pembangunan pertanian, ketiganya memiliki peran, orientasi, dan juga memiliki keterbatasan masing-masing. Sehigga sinergitas ketiga aktor, yakni Pemerintah–Swasta–Petani, dalam membangun agroindustri adalah mutlak adanya.

Sejarah membuktikan bahwa pengabaian salah satu aktor menyebabkan pembangunan agroindustri menghadapi kendala. Pemerintah–Petani: Agroindustri yang dibangun bersifat “gurem” dan hanya untuk “survival” (ketahanan pangan). “Daya saing & nilai tambah” lemah, beban pemerintah sangat berat.

Pemerintah–Swasta: Pertumbuhan agroindustri bersifat “semu”, karena petani hanya menjadi obyek. Terjadi “konglomerasi”, tidak ada perlindungan/ insentif bagi petani.
Swasta–Petani: Agroindustri tumbuh “eksploitatif/liar” (karena tidak ada regulasi pemerintah). Terjadi “kartelisasi”, tidak ada perlindungan/ insentif bagi swasta dan petani.

Sinergisitas ketiga aktor tersebut perlu dicarikan titik temu sehingga dapat menjalankan perannya masing-masing dengan optimal dalam bentuk implementasi di lapangan secara baik.

Memperluas Spektrum Pembangunan Pertanian untuk Meningkatkan Sekala Usaha Tani dan Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani



Oleh: Tonny F. Kurniawan

Tantangan pembangunan pertanian diantaranya adalah meningkatkan skala usaha tani masyarakat, proporsi kepemilikan lahan petani di Jawa Barat tidak lebih baik dari proporsi kepemilikan lahan secara nasional, tidak lebih dari sepertiga hektar per kepala keluarga petani. Kurang tercapainya skala usaha tani masyarakat tersebut membawa dampak mendasar yang krusial, sehingga kurang dapat menunjang kebutuhan hidup masyarakat petani secara layak.

Dalam mengakses permodalan tentu aspek skala usaha menjadi faktor penentu utama “capacity”. Dalam menyalurkan bantuan pemerintah sering mengalami penyimpangan “side streeming”. Secara teknis pengelolaan akan mengalami pembengkakan input produksi “inefficiency”.

Permasalahan skala usaha tani masyarakat khususnya dalam hal proporsi kepemilikan lahan petani merupakan hal yang sulit disiasati, sehingga paradigma pertanian yang masih difahami oleh banyak kalangan adalah bercocok tanam atau “on farm” perlu sedikit dirubah. Bahwa pembangunan pertanian merupakan sistem agribisnis secara terpadu, hulu sampai hilir, on farm maupun off farm.

Pada kegiatan on farm perlu dilakukan pilihan-pilihan mengenai komoditas yang akan ditanam adalah komoditas dengan nilai ekonomis lebih tinggi dan penggunaan metode yang lebih tepat, serta sentuhan teknologi menuju efisiensi. Sedangkan pada kegiatan off farm berkaitan dengan kegiatan produksi, distribusi dan pemenuhan sarana produksi pertanian, serta kegiatan pasca panen yang dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian yang diusahakan. Kegiatan off farm juga ditujukan dalam hal pendistribusian angkatan kerja petani yang selama ini mengandalkan kegiatan bercocok tanam dengan rasio garapan lahan yang sempit.

Paradigma pembangunan yang demikian perlu dilakukan secara masif di daerah-daerah pertanian dan perdesaan, bukan dilakukan secara elitis di sentra-sentra pertanian tertentu, serta mampu dirangkai secara baik yang melibatkan lintas sektor dalam suatu daerah.

________________________